BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki pengaruh
besar bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah layanan professional, layanan
bimbingan dan konseling harus berpijak dari suatu landasan kokoh, berdasarkan
hasil-hasil pemikiran dan penelitian
mendalam. Dengan
adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan
dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, bisa lebih
professional dan bisa di pertanggung jawabkan serta mampu memberikan manfaat
besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Landasan dalam bimbingan dan konseling
pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan
bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang
kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya
(klien).
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi
para konselor, melalui makalah ini penulis
akan memaparkan beberapa landasan yang
menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas penulis merumuskan masalah yaitu, Apa saja dan bagaimana landasan
layanan bimbingan dan konseling ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan-Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan bimbingan dan konseling
pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan
dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan
pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum. Landasan
bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil studi dari
beberapa sumber, terdapat lima landasan layanan bimbingan dan konseling.
Landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasan sosial dan
budaya dan landasan pedagogik.
1.
Landasan Filosofis
Kata
filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Landasan filosofis
merupakan landasan yang lebih mengarah pada mencari jawaban tentang apakah
manusia itu dan memahami hakikat manusia. Dengan memahami hakikat manusia,
diharapkan agar upaya bimbingan dan konseling tidak menyimpang dari hakikat
manusia.
Pada
hakekatnya manusia terlahir lemah, dan tidak berdaya. Namun manusia
memiliki potensi yang harus dikembangkan. Dari berbagai aliran filsafat yang
ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes,
Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang
hakikat manusia :
1.
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
- Manusia
dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
- Manusia
berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya
melalui pendidikan.
- Manusia
dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
- Manusia
memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
- Manusia
akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud
melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
- Manusia
adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
- Manusia
adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia
itu adan akan menjadi apa manusia itu.
- Manusia
pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan
untuk melakukan sesuatu.
2.
Landasan Religius
Dalam landasan religius bimbingan dan konseling
diperlukan penekanan pada 3 hal pokok :
a. Keyakinan
bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan
b. Sikap
yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya
yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama
untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan Religius berkaitan dengan :
a.
Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi
kemanusiaan. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan.
b. Sikap
Keberagamaan
Menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
menjadi isi dari sikap keberagaman. Sikap keberagaman tersebut pertama
difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman
penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua,
menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan
dunia dan akhirat.
c.
Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan
secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang
bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan
positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki
fungsi Memelihara fitrah, Memelihara jiwa, Memelihara akal, Memelihara
keturunan.
3.
Landasan
Psikologis
Landasan psikologis merupakan
landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku
individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu,
belajar dan kepribadian.
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan
dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif
yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia
lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang
terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut
diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku
instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan
dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan
yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan,
yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan
darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada
dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan
dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.
Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang
memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah.
Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan
sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan
baik.
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan
dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa
konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik
dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam
menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan
individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu
itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep
yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar,
seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan
belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti
perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah
tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau
pun hasil belajar sebelumnya. Tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar
terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah
Teori Belajar Behaviorisme, teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan
Informasi, dan teori Belajar Gestalt.
e. Kepribadian
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan
tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
1.
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
- Temperamen;
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
- Sikap;
sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas
emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
- Responsibilitas
(tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
- Sosiabilitas;
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
4.
Landasan Sosial Dan Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi
kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir
dari lingkungannya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi
interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan
klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Sehingga terdapat beberapa hambatan dalam
komunikasi antara konselor dan klien yaitu, perbedaan bahasa, komunikasi
non-verbal, kecenderungan menilai, kecemasan. Agar komunikasi sosial antara
konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi
tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di
Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
5.
Landasan
Pedagogik
Secara
mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan yang
menekankan pada kegiatan yang bersifat normative. Tujuan-tujuan bimbingan dan
konseling memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang pendidikan secara
menyeluruh.
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan
konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a.
Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi ke individualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
b.
Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar
yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak
pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat .
pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah
proses yang berorientasi pada belajar. Belajar untuk memahami lebih jauh
tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif
berbagai pemahaman.. Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling
klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah,
tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien
memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya dan dengan memperoleh hal-hal
baru itu juga seorang klien akan semakin berkembang.
c.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat
tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal
itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi
aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan
kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta
kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
(SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam melakukan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling, seorang konselor harus memahami dan
menggunakan lima landasan bimbingan dan konseling, yaitu :
1. Landasan
filosofis
2. Landasan
religious
3. Landasan
psikologis
4. Landasan
sosial dan budaya, dan
5. Landasan
Pedagogik
B.
Saran
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan yang dapat memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Oleh
karena layanan bimbingan dan konseling
harus dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar memiliki keahlian dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling. Namun keahlian tersebut belum maksimal
apabila tidak memahami dan tidak menggunakan landasan-landasan dari layanan
bimbinga dan konseling.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar